I Ketut Mario adalah sosok penari dan seorang pencipta tarian Bali. Ia lahir di Banjar Belaluan Denpasar pada tahun 1897 dan dibesarkan di Tabanan. Mario muda mulai belajar menari sejak tahun 1906, kira-kira seusia anak sekolah dasar.
Mungkin karena alasan ekonomi, kedua orang tuanya pindah ke Tabanan. Ia kemudian menjadi abdi di Puri Kaleran Tabanan dan di sana diberi tempat tinggal. Raja Anak Agung Made Kaleran melihat bakat Mario kecil di bidang menari. Ia diberi kesempatan belajar menari di bawah asuhan guru tari Pan Candri dan Salit dari Mengwi Gede.
Kemudian ia bergabung dengan sekaa gong atau sanggar Pangkung bersama beberapa penari seperti I Gusti Rai Geredeg, I Nengah Gawang dan Wayan Cekeg untuk belajar menari dan menabuh.
Berkat ketekunannya, Mario sudah mewariskan beberapa tarian seperti Tari Terompong, Tari Oleg Tamulilingan, Tari Sabungan Ayam, Tari Kebyar Duduk, Tari Kekelik dan Tari Ngejuk Capung.
Perlahan-lahan nama Ketut Mario menjadi tenar di dunia tari. Hal ini membawanya melanglang buana pada tahun 1958 ke Paris, Amsterdam, London, Kanada dan beberapa kota besar di Amerika Serikat.
Selain sebagai penari dan guru tari, ia juga mendapat kesempatan bekerja di kantor Pemerintah Belanda, yaitu Kantor Landschap Tabanan (1938). Lalu pindah ke Kantor Pengadilan. Setelah menikah dengan Ni Made Jereg (Men Rikan), ia tidak dikarunia keturunan. Karena itu ia mengangkat anak bernama Putu Kerta.
Dua tariannya yang termasyur karena sering dipentaskan di hotel-hotel adalah Tari Oleg Tamulilingan (sepasang kumbang). Tarian ini menggambarkan romantisme sepasang pemudi dan pemuda yang tampil dengan gerakan gemah gemulai, meliuk-liuk dan dinamis. Tari yang lain adalah Kebyar Duduk. Kedua tarian ini dikatakan menjadi tonggak lahirnya seni pertunjukan di Bali. Karena jasanya mengharumkan nama Tabanan pemerintah memberi nama balai Kesenian di pusat kota Tabanan dengan nama Gedung Kesenian Ketut Maria.
Oleh Ni Made Mutu Sukarni
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia Dan Daerah















