Home / Uncategorized / Nga’a Watar dan Ro Lua Pa’kubbuka : Kuliner Khas Masyarakat Sumba Barat Daya

Nga’a Watar dan Ro Lua Pa’kubbuka : Kuliner Khas Masyarakat Sumba Barat Daya

Oleh: Marinus Trigalus Leba

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Dwijendra

Pulau Sumba tidak hanya terkenal dengan destinasi wisata pantai dan bukitnya tetapi  juga  wisata kuliner yang layak dicicipi dan dinikmati oleh traveler. Namanya nga’a watar (nasi jagung) dan ro lua pa’kubbuka (sayur ubi/singkong tumbuk).


Nga’a Watar 

Nga’a watar dan ro lua pa’kubbuka merupakan  makanan unik atau makanan khas pulau Sumba terutama di Kabupaten Sumba Barat Daya. Masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya  biasa menkonsumsi makanan nga’ watar. Pembuatan nga’ watar sangat sederhana dengan mencampurkan beras dan jagung. Porsi jagung lebih banyak daripada beras. Jagung yang sudah kering digiling lalu dibersihkan dengan cara menampi untuk memisahkan kotoran yang ada dalam jagung. Jagung yang sudah ditampi dicampur dengan beras. Campuran jagung dan beras ditanak menggunakan tungku api atau magic com. Aroma nga’ watar yang sedang ditanak sangat menggoda selera makan.

Nga’a watar ini dapat disantap dengan aneka lauk-pauk dan aneka sayuran. Sayur yang biasanya disantap dengan nga’a watar adalah ro lua pa’kubbuka (sayur ubi/singkong tumbuk). Untuk membuat ro lua pa’kubbuka digunakan pucuk daun ubi yang masih muda. Daun singkong yang telah dicuci dimasukkan ke dalam lesung bersama dengan bumbu. Bumbu yang digunakan adalah jahe, bawang putih, bawang merah, segenggam beras,  bisa juga ditambahkan cabai. Daun singkong yang sudah bercampur bumbu-bumbuan selanjutnya ditumbuk sampai halus. Adonan yang sudah halus selanjutnya direbus sampai mendidih dan dicampur dengan santan kelapa. 


Ro Lua Pa’kubbuka

Makanan tradisional seperti nga’ watar dan ro lua pa’kubbuka merupakan kuliner khas masyarakat Sumba Barat Daya yang memiliki nilai budaya dan sosial yang tinggi. Kedua jenis makanan ini tidak hanya disajikan untuk konsumsi sehari-hari, tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat sebagai simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur. Namun, hingga saat ini, potensi kuliner khas daerah tersebut belum banyak dikembangkan menjadi peluang usaha yang bernilai ekonomi. Masyarakat Sumba Barat Daya umumnya masih mengolah dan mengonsumsi makanan tradisional ini dalam lingkup rumah tangga, tanpa adanya upaya signifikan untuk memperkenalkannya ke pasar yang lebih luas. Padahal, jika dikelola dengan baik melalui inovasi pengemasan, promosi, dan standardisasi produksi, makanan tradisional seperti nga’ watar dan ro lua pa’kubbuka dapat menjadi daya tarik wisata kuliner yang berpotensi meningkatkan perekonomian lokal sekaligus melestarikan identitas budaya daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *