Home / Berita / Strategi Pengembangan Pertanian Organik

Strategi Pengembangan Pertanian Organik

Denpasar,sunarpos.com

Pertanian yang sehat adalah pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian ramah lingkungan bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam serta penurunan daya dukung  lingkungan seperti kesuburannya. Menanggapi permasalahan tersebut Fakultas Pertanian dan Bisnis Dwijendra University mengadakan seminar akademik bertema “Pengembangan Pertanian Organik: Tantangan dan Strategi”. Yang diselengarakan kamis, 30 Oktober 2025 bertempat di Ruang Rapat Rektorat lantai tiga Dwijendra University. Narasumber pada seminar ini Rektor Dwijendra University dan sekaligus ketua DPD HKTI Bali  Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A. yang dimoderatori oleh Dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis Dwijendra University Agribisnis Kadek Ayu Charisma Julia Dewi, S.P.,M.P, .  Pada seminar ini juga dihadiri oleh  Wakil Dekan atau Kaprodi Agribisnis Dr. I Gusti Agung Nyoman Dananjaya, S.P.,M.Agb,  Kaprodi Agroteknologi I Wayan Dirgayana, S.P., M.P, Kaprodi Magister Penyuluhan Pertanian Dr. I Nengah Surata Adnyana, SP., M.Agb., seluruh Dosen FPB Dwijendra University serta mahasiswa Prodi Agribisnis dan Agroteknologi.

Gede Sedana dalam paparannya mengatakan bahwa pertanian organik merupakan sistem pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami sebagai input produksi. Pertanian organik merupakan sistem produksi untuk menjaga tanah, air, ekosistem dan manusia yang bergantung pada proses ekologis tanpa menggunakan input kimia. Jadi pada prinsipnya pertanian organik mengandung makna terjadi kesehatan untuk manusia, tanaman dan hewan. Tanah yang sehat, pemeliharaan keragaman hayati dan habitat, pelestarian ekosistem dan terjadi perlindungan terhadap generasi mendatang. Dalam pengembangan pertanian organik ini masih terjadi banyak kendala mulai dari anggapan biaya yang lebih tinggi, produktivitas hasil yang lebih rendah, jumlah kosumen organik sedikit, resiko serangan hama dan penyakit, ketergantungan petani akan pupuk kimia, ketidakpastian pasar, kemampuan petani dalam membuat teknologi organik masih kurang sehingga diperlukan strategi dalam menanggulangi permasalahannya.

Gede Sedana juga mengatakan secara kajian akademik strategi dan permasalahan tersebut dapat diakukan dengan berbagai cara seperti penyuluhan dan pelatihan, penyediaan teknologi pembuatan pupuk organik, subsidi, srtifikasi organik, insentif  bagi petani, promosi, kemitraan dan regulasi pemerintah ujarnya. Sementara itu Dekan Fakultas Pertanian Dan Bisnis Kadek Ayu Charisma Julia Dewi, S.P.,M.P menyampaikan bahwa pertanian organik akan berjalan dengan baik dan berkelanjutan apabila sejalan dengan pendapatan yang dihasilkan petani. Sehingga dalam pengembangannya disamping untuk mempertahankan kesuburan lahan dari residu-residu kimia perlu komitmen stakeholder yang ada mulai dari petani sendiri, pemangku kebijakan tingkat desa, kabupaten maupun provinsi sehingga memiliki komitmen yang sama dan berjenjang. Semninar akademik ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mahasiswa tentang pertanian organik serta menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengembangan pertanian organik di Indonesia tuturnya (Surata).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *