Bangli, Sunarpos.com
Ketua DPD HKTI Bali, Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.MMA. mengadakan diskusi tentang pembangunan pertanian ke depan bersama dengan tokoh-tokoh petani maju dari beberapa desa se Kecamatan Kintamani. Diskusi diselenggarakan di Trikaya Strawberry, Desa Pengotan pada hari Sabtu, 7 Juni 2025.
Sedana yang didampingi oleh Sekretaris HKTI, Dr. Drh. IKG Nata Kesuma, MMA. memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tokoh-tokoh petani maju tersebut yang difasilitasi oleh I Wayan Nyarka selaku petani maju yang memiliki segudang inovasi praktis. Mereka selama ini telah menunjukkan berbagai prestasinya dalam membangun pertanian pada beberapa komoditas potensial, seperti ternak ayam, babi, sapi, tanaman hortikultura, seperti alpukat, durian, jeruk, tomat, cabe, termasuk tanaman hias.

Dalam diskusi yang dipandu oleh Nata Kesuma berlangsung sangat interaktif terkait dengan pengelolaan usahatani dari hulu sampai ke hilir. Sedana yang juga Rektor Dwijendra University memberikan beberapa masukan kepada para tokoh petani terutama dalam aspek memperkuat kelembagaan petani agar mampu memproduksi produk-produk berkualitas dan berdayasaing. Pemerintah tentu akan hadir sebagai regulator dan fasilitator di dalam membangun ekosistem pertanian yang kompleks dan mencakup lintas sektoral, imbuh Sedana.

I Wayan Nyarka merasa bangga menyampaikan berbagai usahatani yang telah dan sedang dikelola secara profesional dan berorientasi agribisnis serta organik. Nyarka mengundang Sedana dan Nata Kesuma untuk melanjutkan diskusi ke lahan-lahan yang dikelolanya termasuk kawasan strawberry, tanaman hias, tomat, cabe, durian serta pembuatan pupuk organik. Satu hal yang sangat menarik pada kawasan yang dikelola oleh Bapak Nyarka adalah pembuatan embung yang relatif besar dengan ukuran 40x30x7 m untuk menampung air hujan dan sekaligus tempat pemeliharaan ikan. Pembuatan embung tersebut merupakan salah satu teknik yang sangat bagus dalam pengelolaan air hujan yang sering dikenal dengan sebutan panen air hujan, ungkap Sedana yang diiyakan oleh Nata Kusuma.
Penelusuran lahan-lahan dilanjutkan ke kawasan ekowisata di Desa Pengotan, yaitu Bali Woso yang sekaligus menjadi tempat edufarming dan eduekowisata bagi masyarakat Bali. (Surata).