Dilema Guru:  Kesejahteraan yang Terbatas,  Dedikasi dan Target Peningkatan Kualitas SDM

Sunarpos.com| Opini| Pendidikan merupakan  pondasi utama dalam pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas di tahun 2045.  Pendidikan di  Indonesia mendapatkan  tantangan besar dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Era digital dan globalisasi memaksa seluruh stake holder untuk mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga adaptif, kreatif, dan memiliki keterampilan berpikir kritis. Untuk mencapai target ini, kualitas pendidikan harus ditingkatkan secara signifikan.

Saat ini kualitas pendidikan di Indonesia tengah menjadi sorotan tajam, terutama terkait dengan berbagai masalah struktural yang membatasi kemajuan sistem pendidikan nasional. Salah satu isu mendasar yang sering diabaikan, namun memiliki dampak besar, adalah rendahnya gaji dan kesejahteraan guru. Dalam banyak diskusi mengenai peningkatan kualitas pendidikan, perhatian sering kali terfokus pada kurikulum, sarana belajar, atau kebijakan pendidikan. Namun, guru, yang merupakan aktor utama dalam proses belajar mengajar, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup, baik dari segi penghargaan finansial maupun kesejahteraan keseluruhan.

Guru sering digambarkan sebagai profesi yang penuh dengan dedikasi dan pengabdian. Mereka tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik moral, pembimbing, dan panutan bagi para siswa. Dedikasi para guru Indonesia patut diacungi jempol. Mereka tetap berjuang memberikan yang terbaik bagi siswa meski dalam kondisi kesejahteraan yang terbatas. Namun, dedikasi saja tidak cukup untuk mencapai target pendidikan yang diharapkan.

Rendahnya gaji, terutama bagi guru honorer, serta kurangnya jaminan sosial yang layak, membuat sebagian besar dari mereka harus bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.  Mirisnya lagi, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut sebanyak 42% korban pinjol berprofesi sebagai guru. Dalam situasi seperti ini, dedikasi guru yang bekerja keras demi mencerdaskan bangsa menjadi semakin tertekan oleh realitas ekonomi. Meski tetap berusaha menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, guru yang hidup dalam ketidakpastian finansial sering kali menghadapi tantangan emosional dan fisik yang mempengaruhi kualitas pengajaran mereka.

Akibatnya, target pemerintah untuk menciptakan generasi yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global akan sulit tercapai jika masalah kesejahteraan guru ini tidak segera diatasi.  Ketika beban ekonomi menjadi perhatian utama, kemampuan guru  untuk mengikuti perkembangan pedagogi modern, merancang materi yang menarik, atau memberikan bimbingan personal kepada siswa menjadi terbatas. Selain itu, guru yang kurang sejahtera tidak memiliki cukup waktu, tenaga, atau motivasi untuk mengikuti pelatihan atau pengembangan diri. Padahal, pendidikan modern menuntut guru untuk terus belajar dan berinovasi dalam metode pengajaran.

Intervensi nyata dari pemerintah dan seluruh masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraan guru harus menjadi prioritas utama sebagai bagian dari strategi nasional peningkatan kualitas pendidikan. Karena menghargai dedikasi guru tidak cukup hanya dengan pujian, tetapi harus disertai dengan tindakan nyata untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan gaji guru, terutama guru honorer, agar setidaknya mencapai standar upah minimum. Kenaikan gaji ini bukan hanya soal keadilan bagi para guru, tetapi juga investasi langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, jaminan sosial yang memadai, seperti tunjangan kesehatan dan pensiun, harus diberikan kepada semua guru. Hal ini akan memberikan rasa aman dan mengurangi beban psikologis yang mereka alami. Di samping itu, kesempatan untuk mengikuti pelatihan profesional dan pengembangan diri harus diperluas agar guru dapat terus meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan zaman. Penulis berpendapat hanya dengan guru yang sejahtera, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di Indonesia berkembang ke arah yang lebih baik, dan target peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat tercapai.*)

*) Penulis

I Made Astra Winaya, S.Pd., M.Pd.

Akademisi Universitas Dwijendra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *