Konten Pornografi pada Platform Reel

Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.

Akademisi Universitas Dwijendra

Reel adalah konten video berdurasi singkat yang menarik karena sifatnya yang mudah dibagikan, diakses, dan diproduksi. Meskipun sebagian besar konten bersifat informatif atau hiburan, ada juga fenomena penyalahgunaan yang mengkhawatirkan, yaitu penyebaran konten pornografi. Pornografi di media sosial ini sering kali tidak eksplisit dalam bentuk konvensional tetapi muncul dalam bentuk-bentuk terselubung, seperti tarian sensual, pakaian minim, atau adegan yang bersifat provokatif, yang dapat memancing perilaku tidak sehat.

Algoritma di balik platform ini juga sering kali menjadi alat yang memperparah penyebaran konten negatif. Algoritma dirancang untuk mendorong konten yang mendapatkan banyak interaksi, dan konten yang bersifat sensasional, termasuk yang bernuansa pornografi, sering kali mendapatkan perhatian lebih. Akibatnya, konten semacam ini lebih mudah viral dan dilihat secara lebih luas, termasuk pengguna di bawah umur.

Eksposur terhadap konten pornografi, terutama di kalangan remaja, dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Paparan yang terus-menerus terhadap konten berbau pornografi bisa menimbulkan persepsi bahwa perilaku seksual yang diekspos tersebut adalah normal, yang dapat mempengaruhi bagaimana mereka memandang hubungan dan seksualitas di masa depan. Akses mudah terhadap konten pornografi dapat mengarah pada kecanduan, yang akhirnya menurunkan produktivitas dan minat dalam hal-hal positif seperti pendidikan dan pengembangan diri. Pornografi kerap menggambarkan perempuan atau laki-laki sebagai objek seksual, yang dapat menurunkan rasa hormat terhadap lawan jenis dan mengukuhkan stereotip negatif mengenai peran gender dalam masyarakat.

Platform media sosial memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga konten yang mereka izinkan diunggah dan disebarkan. Platform harus meningkatkan kemampuan moderasi otomatis dengan menggunakan teknologi AI yang lebih canggih untuk mendeteksi dan menghapus konten pornografi lebih cepat. Selain itu, partisipasi aktif pengguna dalam melaporkan konten yang melanggar juga perlu didorong. Edukasi tentang literasi digital perlu ditanamkan pada remaja baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini sangat penting agar anak/siswa tidak terpapar konten pornografi. Banyak kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak/siswa akibat dari kesukaan anak/siswa menonton  konten pornografi.

Konten pornografi di reel dan media sosial secara umum menjadi tantangan serius di era digital. Platform, pengguna, dan pemerintah perlu bekerja sama untuk mengatasi penyebaran konten ini agar tidak merusak perkembangan psikologis, sosial, dan moral masyarakat, terutama generasi muda. Dengan pengawasan ketat, edukasi, dan regulasi yang tepat, dampak negatif dari konten pornografi di media sosial dapat diminimalisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *