Mageret Pandan di Desa Tenganan

Semarapura| Sunarpos.com| Tradisi Mageret pandan/Mekare-karean di Desa Tenganan Dauh Tukad dilaksanakan setiap setahun sekali, tepatnya pada sasih kalima menurut perhitungan kalender desa setempat. Tradisi perang pandan ini juga merupakan ritual dari rangkaian upacara Ngusaba Sambah dan puncak dari usaba sambah di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad. Pelaksanaan tradisi perang pandan diiringi gamelan gong oleh sekaa gong. Sebelum digelar perang pandan oleh peserta, dilaksanakan ritual penyerahan secara simbolis pandan oleh kelian Lingsir atau orang yang dituakan kepada truna anyar atau truna baru. Upacara Perang pandan itu sendiri juga sebagai upacara menek truna atau sebagai symbol peralihan dari anak anak menuju dewasa. Dalam tradisi perang pandan ini memakai senjata pandan berduri sebagai perlambang sebuah gada yang dipakai berperang. Upacara ini juga sebagai penghormatan kepada Dewa Indra, sebagai Dewa Perang. Perang pandan ini diikuti oleh laki-laki baik dewasa maupun anak-anak,maupun orang yang dari luar desa bisa mengikuti tradisi ini, meski dalam pelaksanaan perang pandan ini sampai mengeluarkan darah akibat geretan duri pandan, namun setelahnya tidak akan meninggalkan kesan permusuhan, karena pada dasarnya ritual perang pandan itu sendiri adalah wujud ngayah dan penghormatan terhadap leluhur. Peseta yang terluka akibat geretan duri pandan akan diobati oleh ramuan khusus dari arak, daun sirih dan kunyit atau kunir, kemudian diolesi ke tubuh yang terluka. Dan ramuan ini sebelumnya telah di sakralkan.

Oleh Ni Made Manis Swandewi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Dwijendra University

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *