Klungkung/Sunarpos.com
Petani selalu dianggap sebagai tulang punggung suatu bangsa, karena mampu menyediakan pangan secara Nasional. Kalau diamati lebih dalam pada tingkat lapangan masih banyak terjadi permasalahan permasalahan mulai dari ketersediaan sarana produksi ,teknologi sampai dengan pemasarannya. Berangkat dari permasalahan tersebut Fakultas Pertanian dan Bisnis Dwijendra University mengadakan pengabdian masyarakat pada hari jumat, 12 januari 2024 sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, bertempat di Subak Delod Bakas, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Acara ini dibuka oleh perbekel Bakas I Wayan Murdana, S.Pd, yang dihadiri oleh Danramil, Babinsa, Babinkamtibmas, DPRD Kabupaten Klungkung. Sedangkan dari FPB dihadiri oleh Rektor Dwijendra University Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A, Dekan Dr. Ni Made Intan Maulina, S.P.,M.P., yang didampingi oleh Kaprodi Agribisnis Kadek Ayu Charisma Julia Dewi, S.P.,M.P., dan Kaprodi Agroteknologi I Wayan Dirgayana, S.P., M.P. serta sgenap dosen dan mahasiswa FPB Dwijendra University.
Perbekel Bakas I Wayan Murdana dalam sambutannya mengucapkan terimakasih karena tim FPB Dwijendra University berkenan hadir untuk membina petani yang ada di desanya melalui penyuluhan, dan berharap dengan penyuluhan ini dapat bermanfaat dalam melakukan usahatani yang lebih baik dan berkelanjutan, seraya sambil menggambarkan keadaan Subak Delod Bakas yang ada di desanya.
Rektor Dwijendra University Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Si., M.M.A sebagai narasumber mengatakan bagaimana keadaan pertanian khususnya subak pada masa dahulu dan masa sekarang. Pertanian masa sekarang memiliki tantangan dan tuntutan yang lebih luas mengikuti perkembangan zaman yang memerlukan SDM yang unggul serta menggali potensi lokal yang ada untuk meningkatkan pendapatan petani disamping komoditi pangan. Kelian Subak Delod Bakas I Ketut Budiarta mengatakan disubaknya memiliki permasalahan yang selama ini terjadi mulai dari biaya pengolahan tanah, pemeliharaan, keberadaan solar, dan pengurangan alokasi pupuk bersubsidi, serta biaya odalan upakara untuk lima pura subak yang ada. Permasalahan ini perlu dicarikan solusi yang tepat. Gede Sedana mengatakan permasalahan tersebut perlu dilakukan pemecahannya dengan menggali modal pada tingkat petani dengan melakukan perencanaan keuangan yang tepat. Disamping itu perlu juga melakukan variasi usahatani dengan memanfaatkan lahan tegalan yang masih kosong seperti pandan wangi. Dalam skup yang lebih besar Gede Sedana selalu konsen dan getol memperjuangkan insentif atau bantuan subak kepada Gubernur Bali supaya mendapatkan insentif atau bantuan yang lebih besar dari selama ini didapatkan, mengingat peran subak dalam menjaga warisan buadaya, ibu pertiwi memerlukan biaya yang besar. Dekan FPB Ni Made Intan Maulina juga menyoroti kelangkaan pupuk bersubsidi yang selama ini terjadi, untuk itu petani hendaknya berinovasi melakukan pembuatan pupuk organik secara sederhana dengan memanfaatkan potensi yang ada seperti jerami, kotoran ternak, dengan perlakuan dekomposer, sehingga kekurangan unsur hara tanah bisa diminimalisir. (Surata).