RESILIENSI SUBAK DALAM MENGHADAPI KEKERINGAN

Sunarpos.com/Denpasar

Pembangunan pertanian saat ini memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor industri,  keuangan,  koperasi, perdagangan maupun pengairan, sehingga akan berpengaruh terhadap pembangunan yang ada di perdesaan maupun secara nasional. Hal ini disebabkan penerimaan yang diperoleh oleh petani yang ada diperdesaan masih memiliki keterikatan dengan sektor lainnya karena petani juga memiliki pekerjaan yang variatif. Kondisi ini memerlukan integrasi yang  baik dari pemerintah maupun non pemerintah dalam membangun pertanian di perdesaan untuk dapat menurunkan angka kemiskinan melalui peningkatan pendapatan petani.  Selama ini dalam melakukan usahatani pangan seperti padi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani dengan menerapkan teknologi pertanian, pemakaian benih unggul dan pengelolaan hama penyakit secara terpadu. Ternyata upaya itu saja tidaklah cukup, ada permasalahan yang sangat penting yang perlu mendapatkan perhatian serius seperti pengelolaan ketersediaan air irigasi.

Bercermin dari permasalahan yang ada,  Fakultas Pertanian dan Bisnis Dwijendra University mengadakan seminar akademik pada hari senin, 18 Desember 2023 yang bertema “ Resiliensi Subak dalam Menghadapi Perubahan Iklim” yang diikuti oleh mahasiswa prodi Agribisnis dan Agroteknologi yang berjumlah 40 orang mahasiswa.

Acara seminar ini dibuka oleh Dekan FPB Dwijendra University  Dr. Ni Made Intan Maulina, S.P.,M.P., yang didampingi oleh Kaprodi Agribisnis Kadek Ayu Charisma Julia Dewi, S.P.,M.P., dan Kaprodi Agroteknologi I Wayan Dirgayana, S.P., M.P. serta sgenap dosen yang ada di FPB Dwijendra University.  Dekan FPB Dwijendra University dalam sambutannya mengatakan acara seminar akademik ini merupakan acara rutin bagi mahasiswa akhir dengan maksud menambah pengetahuan dalam mengatasi penomena perubahan iklim yang selaalu berubah-ubah, serta mengaplikasikannya dilapangan dalam bentuk perilaku dan keterampilan, sehingga tema ini dianggap relevan untuk dibahas dengan meghadirkan narasumber  yang ahli dibidang pertanian baik didunia nasional maupun internasional yaitu Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A. yang juga merupakan Rektor di Dwijendra University mengatakan bahwa dalam melakukan pengelolaan tata guna air subak yang ada di Bali hendaknya menerapkan mitigasi dan adaptasi sehingga dapat memperkuat resiliensi subak. Dalam kajiannya kata Gede Sedana mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan sebagai akibat adanya kekeringan, upaya yang bisa dilakukan melalui operasi jaringan irigasi, perbaikan jaringan irigasi, kordinasi antar subak, menerapkan penanaman padi sistem SRI, mengakses informasi cuaca, mengikut asuransi pertanian secara rutin, serta melakukan ritual subak sesuai dengan konsep tri hita karana.

Lebih lanjut Gede Sedana menjelaskan bahwa adaptasi merupakan penyesuaian yang dilakukan sebagai respon terhadap pengaruh yang timbul akibat kondisi iklim aktual atau yang diperkirakan akan terjadi agar mampu bertahan dan dapat memanfaatkan kesempatan untuk berkembang. Kapasitas adaptasi petani ini juga ditentukan oleh kondisi internal petani dan faktor pendukung eksternalnya. Adaptasi ini bisa meliputi penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan  serta teknologi dalam subak melalui pengaturan air irigasi, pengaturan pola tanam, pengaturan jadwal tanam, dan diversifikasi usahatani. Disamping itu Gede Sedana juga mengatakan berdasarkan hasil penelitiannya penguatan organisasi dan manajemen dalam subak juga sangat penting diterapkan.  Kegiatan ini bisa dalam bentuk rapat-rapat subak, penguatan modal sosial, pengaturan modal usaha subak , kemampuan memanfaatkan informasi tentang cuaca, dan kemampuan mengakses pasar termasuk mengembangkan jejaring pemasaran (Surata).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *