ditulis oleh: Nyoman Dinda Sukmaningrum (Siswa SMP N 12 Denpasar?
Info Juras – Tahukah kalian dengan “Lelakut” ? Di Bali, “Lelakut” atau biasa disebut dengan memedi sawah itu sama artinya dengan orang-orangan sawah. Fungsi utama dari lelakut adalah untuk membantu petani mengusir burung dengan cara menkut-nakutinya. Namun, secara mistik lelakut yang sudah diberi mantra atau sesajen oleh petani juga berfungsi sebagai pengusir bala, menjaga agar sawah-sawah yang dimiliki petani terhindar dari gangguan orang yang berniat jahat.
Pada hari Jumat, 1 September 2023, tim Jurnalistik SMP Negeri 12 Denpasar meminta pendapat dari bapak Dr. Ir. Gede Sedana, M.SC., MMA yang tidak lain adalah rektor dari Universitas Dwijendra Denpasar mengenai sektor pertanian dan lelakut. “Lelakut adalah warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat di Bali, karena dengan adanya lelakut ini memudahkan petani dalam mengusir burung yang suka memakan padi” ungkapnya. Sebagai warisan budaya, tentunya ada nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam lelakut. Selain untuk mengusir burung, lelakut memiliki ritual-ritual sakral dalam pembuatannya, seperti dengan menentukan hari-hari baik untuk pemasangan, dan lain-lain.
Di dalam pertanian, tentu saja ada potensi-potensi yang terdapat di dalamnya. Di pertanian Denpasar, selain adanya padi yang menjadi bahan utama yang dihasilkan pada pertanian, pertanian juga menghasilkan bunga yang dapat digunakan sebagai sarana persembahyangan serta sayur-sayuran, dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan pangan bagi masyarakat di Bali.
“Banyak masyarakat umum berpikir bahwa menjadi sarjana dalam pertanian atau bersekolah dalam pertanian akan berakhir sebagai petani. Namun, pilihan mereka yang berakhir sebagai petani itu bukan hanya sekadar petani biasa, namun itu menjadikan para generasi muda yang berniat untuk menekuni petani sebagai petani yang berteknologi, yang memiliki banyak inovasi-inovasi yang dapat di kembangkan. Sehingga, sektor-sektor pertanian yang di gelutinya akan menjadi pertanian yang maju” ungkap pendapat Rektor Universitas Dwijendra tersebut.