Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Dwijendra menyelenggarakan Webinar Nasional yang bertemakan “Memaknai merdeka belajar dan implementasinya pada berbagai bidang pelajaran” pada Jumat, (14/07/2023) via Zoom. Webinar ini diselenggarakan dalam rangka berbagi gagasan antar mahasiswa terkait pemahaman mahasiswa tentang implementasi merdeka belajar disekolah. Webinar ini menghadirkan beberapa orang mahasiswadari berbagai PTS dan PTN yang ada di berbagai daerah sebagai narasumber. Adapun nama-nama narasumber yang tampil diantaranya: Ni Kadek Desy Firda Yanti (Universitas Dwijendra), Nur Indah Septia Ningsih (IPB Invanda Cirebon), Lusia Florida Dhiu (STKIP Citra Bakti), Lusyana (Universitas Negeri Surabaya), dan Bayu Rachman (Universitas Negeri Padang).
Ni Kadek Desy Firda Yanti yang merupakan salah satu narasumber dari Universitas Dwijendra dan sekaligus tuan rumah penyelenggara webinar ini, mengungkapkan kegiatan Webinar nasional diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai merdeka belajar termasuk menggali ide, gagasan, dan masukan untuk penyempurnaan implementasi merdeka belajar ini. Sekarang lagi trend merdeka belajar. Namun merdeka belajar belum dipahami sepenuhnya. Jadi webinar ini berupaya memberikan pemaknaan seperti apa seharusnya kegiatan belajar yang idealnya terjadi.

Narasumber dari Universitas Negeri Padang, Bayu Rachman menjelakan Merdeka Belajar merupakan kemandirian peserta didik dalam proses belajar dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan untuk menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran. Bayu Rachman juga mengemukakan bahwa pengimplementasian kurikulum merdeka terhadap setiap pembelajaran tergantung dari kebijakan sekolah dan pemerintah daerah. Terdapat 3 tipe yang bisa digunakan antara lain mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi. Narasumber dari Universitas Negeri Surabaya, Lusyana mengemukakan beberapa prinsip belajar Merdeka Belajar antara lain adanya kebebasan dan fleksibel, saling menghargai keanekaragaman individu, adanya kemandirian, memiliki kreativitas, dan berkolaborasi dan berbasis teknologi.Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi.
Narasumber dari STKIP Citra Bakti, Lusia Florida Dhiu menyatakan kesulitan yang dihadapi selama proses pembelajaran diantaranya yaitu kesulitan menghadapi karakter anak yang berbeda-beda, penggunaan kurikulum merdeka yang belum sepenuhnya dikuasai, serta pengelolaan kelas. Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi Nur Indah Septia Ningsih menjelaskan cara mengajar yang asyik yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki tujuan untuk menyediakan pengalaman belajar yang relevan menantang dan sesuai dengan tingkat pemahaman serta gaya belajar individu. Langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi antara lain: (1) Menemukan hal baru bersama antara guru dengan siswa, (2) Membuat siswa penasaran akan hal baru tersebut, (3) Guru menunjukan kepedulian pada siswa, (4) Melibatkan siswa dalam projek, (5) Menciptakan pembelajaran yang menarik, (6) Mengganti ceramah dengan percakapan, (7) Bertukar peran, dan (8) Selalu update dengan perubahan.
Ni Kadek Desy Firda Yanti membawakan materi tentang “Projek penguatan profil pelajaran Pancasila berbasis kearifan lokal bali” sebagai upaya menghadapi kesulitan dalam pembelajaran. Menurutnya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. Dengan menjalankan P5, guru diharapkan dapat menemani proses pembelajaran siswa untuk dapat menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter luhur sebagaimana yang diejawantahkan dalam Profil Pelajar Pancasila. Melalui tema “Kearifan Lokal” para siswa akan membangun rasa ingin tahu dan kemampuan menggali informasi dan pengetahuan atau dikenal sebagai kemampuan inkuiri melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut serta perkembangannya. [Yan]