Rektor Dwijendra Mengangkat Filosofi Tri Hita Karana di Yamagata University, Jepang

Sunarpos.com| Jepang| Filosofi Tri Hita Karana yang melandasi kehidupan masyarakat Bali dijadikan topik yang diangkat oleh Rektor Dwijendra, Gede Sedana di Jepang, yaitu pada kegiatan International Symposium on Organic Rice Farming in East and Southeast Asian Countries: Techniques and Effects (HIA-ORF) yang diselenggarakan di Yamagata University pada tanggal 2-4 Maret 2023. Demikian disampaikan oleh Gede Sedana melalui pesan whatsapp setelah menyampaikan secara langsung makalahnya yang berjudul Implementation of Organic Rice Farming based on Local Wisdom: Case of rice farming in Bali province. Sedana yang diundang sebagai keynote speaker dalam simposium tersebut mengungkapkan bahwa tri hita karana sebagai lokal wisdom harus semakin dikuatkan penerapan nilai-nilainya dan dibangkitkan kembali dalam pengelolaan usahatani padi seperti yang telah dilakukan sejak dahulu.

Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan alam, yaitu tanah, air dan udara, sebagai implementasi dari elemen Palemahan. Selain itu berkenaan dengan Parhyangan, pengelolaan usahatani padi agar selalu dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan yaitu melalui penyelenggaraan ritual oleh para petani yang diawali dari kegiatan magpag toya, yaitu penjemputan air sampai pada pascapanen padi, penyimpanan gabah di lumbung.
Sedana yang juga sebagai Ketua DPD HKTI Bali menyampaikan bahwa salah satu penerapan tri hita karana tersebut adalah melalui penerapan sistem pertanian organik, di antaranya adalah penggunaan teknik SRI (System of Rice Intensification). Sistem pertanian organik secara budaya sangat erat kautannya dengab budaya Bali karena pertanian khususnya usahatani padi selalu melaksanakan ritual yang berhubungan dengan pemujaan Dewa Wisnu sebagai manifestasi terhadap keberadaan air, dan Dewi Sri sebagai manifestasi kesuburan tanah dan Dewi Kemakmuran.

Oleh karena itu, dalam pengelolaan usahatani padi, para petani harus menjaga dan memuliakan air dan tanah agar diberikan kemakmuran yaitu dalam bentuk peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman padi serta memberikan kesejahteraan bagi petani. Pada prinsipnya, aplikasi sistem pertanian organik merupakan uoaya untuk memberikan makan dan kehidupan terhadap tanah sehingga tanah memiliki nutrisi dan menjadi subur serta tidak terdegradasi akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetisbyang berlebihan, imbuhnya.
Di sisi lain, Sedana juga menyampaikan dukungan pemerintah pusat dan daerah terhadap penerapan sistem pertanian organik yang sekaligus sebagai perwujudan visi Gubernur Bali yang berbasiskan pada nilai-nilai budaya lokal, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan program mewujudkan Bali organik. (Win.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *