oleh : Tazkia Mega (
Pertukaran Mahasiswa dari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ke Universitas
Dwijendra Denpasar)
Sebagai mahasiswa pertanian Indonesia siapa yang tidak bangga bisa menjadi salah satu bagian
dari kaum muda intelektual dan bisa berkontribusi dalam upaya pembangunan pertanian di
Indonesia. Menjadi petani merupakan suatu hal yang lumrah pada negara seluruh dunia,
terutama di Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar
di dunia. Hal ini mengakibatkan Indonesia kaya akan keindahan alamnya yang eksotis dan
beragam dari Sabang sampai Merauke.
Setiap wilayah memilki karakteristik alam yang unik, khususnya dalam bidang pertanian.
Terdapat banyak fauna yang hidup dan flora yang tumbuh di Indonesia dengan kekhasannya
masing-masing. Dengan banyaknya flora yang tumbuh itu, memungkinkan untuk
dibubidayakan dalam skala besar ataupun kecil. Sehingga sektor pertanian menjadi salah satu
sektor yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan ekonomi domestik maupun
global, karena permintaan akan kebutuhan pangan pada setiap manusia akan terus berlangsung
secara terus-menerus selama manusia membutuhkan pangan untuk hidup.
Dalam proses budidayanya tentu mengalami berbagai tantangan, terlebih lagi petani yang
menjadi subjek pada proses pertanian setiap tahunnya mengalami penurunan. Selain daripada
ketidakmauan mereka untuk menjadi petani, banyak juga terjadi ahli fungsi lahan di berbagai
wilayah di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat pertanian di
Indonesia. Padahal, sektor pertanian memegang peranan penting terhadap pendapatan nasional.
“Selama bumi dipijak, tani dijunjung”, selama manusia hidup di dunia ini dan memerlukan
makanan, di sinilah pertanian memegang peranan yang sangat penting. Minggu, 13 November
2022 pada Global Food Security Forum di Bali, menteri pertanian Indonesia, Syahrul Yasin
Limpo menyatakan, “Pangan adalah human rights”. Kebutuhan makan ialah hak yang dimiliki
setiap manusia.
Sebagai mahasiswa pertanian, harus paham bagaimana kondisi ini terjadi di kalangan muda
Indonesia. Selain daripada ketidakmauan mereka untuk menjadi petani, pengetahuan mereka
akan pertanianpun masih minim. Ketertarikan generasi milenial dalam sektor pertanian
sangatlah rendah. Padahal, saat ini usia produktif di Indonesia didominasi oleh kaum milenial
(menurut data BPS 2019). Diperkirakan pada tahun 2020 hingga 2030 akan meningkat
sebanyak 70% (Anggraini, R. S, et al. 2020). Banyak juga masyarakat yang berspekulasi dan
masih beranggapan, jika pertanian itu adalah salah satu pekerjaan yang kotor dan kasar.
Sehingga tak jarang mahasiswa yang sudah lulus jadi sarjana pertanian enggan bekerja di sektor
pertanian dan memilih untuk bekerja kantoran. Padahal dalam kenyataannya, sarjana pertanian
dapat bekerja di berbagai bidang dan tidak selalu tentang petani. Jikalaupun memang jadi
petani, petani yang dimaksud adalah “petani berdasi”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti petani berdasi adalah pemilik sawah (kebun dan sebagainya) yang tidak pernah
mengerjakan sendiri tanahnya atau sebagai mahasiswa pertanian kita bisa bekerja di pertanian
dalam aspek teknologinya, misalnya sebagai perancang robotik guna mempermudah proses
budidaya pertanian atau juga sebagai penyuluh pertanian ke petani dan masyarakat serta
sebagai pengajar atau pendidik dan masih banyak lagi.
Saat ini banyak pemuda/i milenial Indonesia yang sukses di bidang pertanian. Mereka berhasil
menciptakan terobosan dan inovasi baru dalam mengembangkan pertaniannya sehingga
menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat di sekitar. Mereka inilah yang
merupakan contoh petani milenial dan bisa menerapkan ilmu pengetahuan selama di
perkuliahannya. Jika tidak dimulai dari kita, maka siapa lagi yang akan menjadi Penyangga
Tatanan Negara Indonesia (petani). Banyak cara dan metode pertanian baru yang saya kira
perlu diterapkan dan diuji bersama para petani lainnya. Dengan kekayaan alam yang berlimpah
serta iklim Indonesia yang baik harusnya kita bisa memaksimalkan produk hasil pertanian
sehingga kebutuhan akan pangan di Indonesia dapat tercukupi dan tidak perlu lagi melakukan
kegiatan impor. Setiap generasi pasti memiliki tantangannya tersendiri dalam berbagai bidang,
terlebih lagi di sektor pertanian. Perlu banyak upaya dalam menghadapi tantangan tersebut
guna menghasilkan produk pertanian yang optimum.
Selain daripada keuntungannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
ekonomi, proses budidaya pertanianpun dapat bermanfaat dalam menjaga ekosistem serta
pemanasan global yang dari tahun ketahun jumlah oksigen di setiap wilayah berkurang akibat
kurangnya area penghijauan. Demi mewujudkan pembangunan pertanian yang lebih maju,
kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pertanian inipun perlu adanya dorongan dan
dukungan dari semua pihak dan kalangan. Semua aspek berperan dalam proses peningkatan
pertanian kearah yang lebih maju demi mewujudkan tujuan kita yang sama. Oleh karena itu,
mari semua dari berbagai kalangan khusunya mahasiswa pertanian sebagai kaum intelektual
untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan pertanian lebih maju dan bisa bersaing di kanca
Internasional.