Ayu Try Lestari
Mahasiswa Pertukaran
PGSD Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan kebanyakan orang bahwa literasi adalah tentang membaca buku. Padahal banyak macam literasi diantaranya literasi baca tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi financial, literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi digital.
Saat ini Indonesia berada pada posisi ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi atau menempati posisi 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assesment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Developmennt (OECD) pada 2019 (Wahyuni,2021). Hal itu menjadi salah satu permasalahan yang serius bagi negara kita. Untuk menanggulangi permasalahan rendahnya tingkat literasi di Indonesia kita harus berusaha investasi literasi sejak dini agar dapat meningkatkan budaya literasi.
Di era digitalisasi saat ini, menjadi ancaman yang serius jika permasalahan rendahnya literasi di Indonesia tidak ditanggapi. Perkembangan digitalisasi dari waktu ke waktu begitu pesat tidak ada hentinya. Para pengembangnya terus menerus melakukan inovasi-inovasi supaya membantu para penggunanya dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Berbagai sektor telah memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan digitalisasi ini mau tidak mau harus kita ikuti.
Secara tidak sadar sebenarnya semenjak adanya pandemi covid-19 literasi digital negara Indonesia mulai meningkat. Hal itu dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat kerja dan belajar dari rumah untuk memutusnya rantai penyebaran
virus covid-19. Salah satu hikmah adanya pandemi ini guru dan siswa belajar aplikasi serta meningkatkan literasi digitalnya. Awalnya banyak orang tidak tahu apa itu aplikasi zoom, apa itu google meet, google classroom, schology dan lain sebagainya. Akhirnya sekarang mengetahuinya dan juga terbiasa menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut untuk belajar dan meeting dalam jaringan. Selain itu juga ada beberapa pembelajaran yang mengharuskan siswa melakukan praktikum, seperti praktik kesenian, IPA, Olahraga dan sebagainya. Biasanya siswa diminta untuk praktik kemudian direkam atau divideo. Di dalam pembuatan video biasanya guru meminta video semenarik mungkin kemudian diunggah ke youtube atau tiktok. Dari tugas tersebut, secara tidak langsung siswa melakukan literasi digital, karena dalam proses tersebut siswa mengulik bagaimana cara mengedit video agar menarik dan bagaimana cara mengunggah ke youtube atau tiktok. Namun, biasanya itu diterapkan di sekolah menengah. Kebanyakan sekolah dasar hanya menggunakan aplikasi yang sederhana seperti whatsapp saja. Kemungkinan besar dikarenakan aplikasi whatsapp adalah aplikasi yang paling mudah diakses siswa SD.
Literasi digital harus diinvestasikan sejak dini agar perkembangan digitalisasi tidak lagi menjadi ancaman yang serius, melainkan membawa dampak positif bagi dunia pendidikan. Siswa sekolah dasar sebaiknya diberikan ruang untuk pembiasaan literasi, karena siswa sekolah dasar menjadi agen perubahan di masa depan untuk membudayakan literasi digital. Untuk itu maka guru sekolah dasar perlu mengenalkan dasar-dasar literasi digital, baik itu cara menggunakan word, mengenal tools yang ada di word, cara membuat power point sederhana, penggunaan aplikasi pembelajaran ataupun Learning Management System (LMS). Dengan dibekali hal tersebut, siswa memiliki kemampuan literasi digital dasar untuk dilanjutkan di jenjang pendidikan selanjutnya. Perlahan tingkat literasi Indonesia semakin meningkat lagi dan siap menghadapi perkembangan digitalisasi di dunia.