PERJALANAN ADOPSI INOVASI COMBINE HARVESTER  DI KABUPATEN TABANAN

Sunarpos.com/Tabanan

Combine harvester menjadi alat mesin pertanian yang diharapkan oleh pemerintah Kabupaten Tabanan untuk mengatasi permasalahan tenaga kerja saat panen raya.  Combine harvester pertama kali di coba oleh pemerintah Kabupaten Tabanan di Subak Nyitdah II .  Mesin combine harvester yang dicoba pada saat itu memili ukukuran besar. Percobaan ini mengalami kegagalan karena mesin tidak dapat dioprasikan dengan baik.Hal tersebut diduga disebabkan oleh operator yang tidak professional dan persiapan yang kurang matang.Kesalahan teknis tersebut mengakibatkan kerusakan pada lahan sawah dan trauma kepada petani sehingga menilai mesin combine harvester pada saat itu tidak dapat digunakan di Tabanan. Dalam perjalannya combine harvester yang diberikan oleh pemerintah di Kabupaten Tabanan pada tahun berikutnya selalu mengalami penolakan. Penyebabnya masih tentang masalah yang sama yaitu teknis oprasionalnya. Pemerintah hanya memberikan bantuan tanpa menyediakan pelatihan lebih lanjut. Pada akhirnya bantuan-bantuan tersebut terbengkalai tidak dimanfaatkan oleh petani.

Selanjutnya kegagalan yang terjadi di Subak Nyitdah II , sebuah brand alsintan melakukan launching combine harvester tipe kecil di Subak Gadon III. Percobaan tersebut berjalan lancer namun mesin yang di launching tersebut tidak satupun terjual dipasaran.Padahal ukuran kecil memang dirancang untuk persahawan di Kabupaten Tabanan yang memiliki petakan berukuran kecil. . Seorang anak muda bernama Pande Putu Widya Paramarta mendapat fasilitas dari sebuah maindealer alat mesin pertanian di Kabupaten Tabanan untuk mencoba combine harvester dengan brand yang sama di Subak Bengkel. Percobaan kali ini dipersiapkan dengan lebih matang. Sebelum percobaan dilakukan instruktur dan pihak dealer terlebih dahulu melakukan pengecekan kekeringan lahan dan memastikan pintu air dari saluran irigasi sudah tertutup rapat.Instruktur juga melakukan percobaan pada musim kemarau tepatnya pada musim panen bulan maret. Ukuran mesin juga disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat. Jika pada sebelumnya pemerintah mencoba langsung dengan mesin ukuran besar, pihak dealer memulai dengan mesin combine harvester berukuran kecil. Percobaan kali iniberjalan lancar. Petani di Subak Bengkel dan stakeholder terkait sepert ipemerintah serta pemilik RMU(Rice Milling Unit) di Bali yang di undang pada acara ini memberikan tanggapan positif. Pihak dealer kemudian mengijinkan combine harvester ini di ujicoba lebih lanjut oleh Pande Putu Widya Paramarta selama 3 tahun guna membuktikan bahwa mesin combiner harvester dapat digunakan di KabupatenTabanan dengan prosedur yang tepat.

Hingga saat ini, combine harvester menjadi salah satu solusi permasalahan tenaga kerja panen di Kabupaten Tabanan dan terus berkembang. Penggunaan inovasi baru tentunya masih memiliki beberapa kendala seperti pola piker beberapa tokoh petani yang masih menganggap combine harvester tidak dapat digunakan dan keterbatasan ketersediaan operator yang cakap karena memerlukan pelatihan khusus dan tanggu jawab yang tinggi.

*)Penulis

Jefryanus Umbu Lele

Mahasiswa Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Dwijendra University

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *